Senin, 21 Januari 2019

Belajar di zaman Hoax

Tidak bisa dipungkiri dengan melesatnya kemajuan teknologi komunikasi,  media informasi yang semakin beragam sedikit banyak merubah pola belajar kita.  Semua serba digital,  Paperless atau sudah tidak menggunakan kertas lagi.  Kita dimanjakan oleh mesin pencari untuk menemukan sesuatu yang baru.
setiap orang bisa menulis dan menebarkan informasi lewat online. WAG,Blog, Facebook, twitter dan lain-lain, hampir tidak ada yang mengendalikan kecuali dirinya sendiri. maka dari itu diperlukan kecerdasan literasi untuk menyikapinya. kecerdasan literasi tidak datang dengan sendirinya. semua harus dilatih dengan rajin membaca, membaca semua buku, referensi dan lain2
Pengetahuan harus senantias di up grade, belajar menganalisis masalah. karena banyak orang termakan berita HOAX,

Senin, 25 April 2016

Belajarlah dari Ahlinya

Sebagai manusia pembelajar kita jangan merasa cepat puas dengan ilmu yang telah kita  pelajari dan kuasai. karena kalau sudah merasa cukup bagi seorang pembelajar berarti stop sampai disitu. Merasa cukup, merasa bisa adalah kesombongan pembelajar. Dan rasa itu akan muncul secara tiba-tiba, jika kita tidak bisa mengendalikannya akan merusak landasan berpikir kita selanjutnya. Ilmu baru yang akan masuk akan susah dipahami karena otak sudah merasa bisa, maka pada titik inilah seorang pembelajar harus terus memupuk semangatnya sebagai pembelajar.
Untuk meminimalisir kesombongan belajar, seorang pembelajar harus mempunyai guru atau berguru pada ahlinya. karena seorang pembelajar harus mempunyai mentor untuk menyerap ilmunya.  bagi seorang pembelajar adanya guru dan ahli sangat diperlukan, memang ada ilmu yang dipelajari secara otodidak, tetapi itu harus punya landasan kuat, karena ilmu otodidak jika melenceng jauh akan terjerumus pada kesalahan penerapan ilmu.

Selasa, 24 Maret 2015

Belajar Menjadi Pembelajar

Bagi sebagian orang mungkin cepat puas dengan apa yang telah dicapai, tetapi sifat dasar manusia yang mempunyai hawa nafsu dan tidak pernah puas. Bagi yang terbiasa berpikir positif tidak puas berarti dia harus belajar lagi lebih keras untuk mencapai tujuan.
Pada hakikatnya semua yang terjadi terhadap kita, lingkungan kita dapat dijadikan bahan untuk pembelajaran asal kita mau menjadikan hal itu sebagai sarana untuk belajar. Menjadi seorang pembelajar tidak perlu keahlian khusus cukup rasa ingin tahu yang tinggi dan mencari referensi yang tepat untuk hal yang ingin dipelajarinya.
Bagi seorang pembelajar selalu mencari hal baru untuk diketahui tentunga dalam rangka yang positif  bukan gosip. Untuk mencari tahu ada semangat yang tinggi, tidak kenal lelah dan tidak putus asa. Menjadi pembelajar tidak perlu modal besar, sekarang dengan internet segalanya bisa menjadi mudah, kecuali jika mencari referensi ilmiah ya harus memakai buku sebagai bahan pustaka.
Menjadi pembelajar harus mempunyai kesenangan membaca, karena dengan membaca dan bisa menganalisis suatu ilmu yang baru. Semakin kita banyak tahu semakin kita menyadari bahwa kita tidak banyak tahu. sebaiknya seorang pembelajar memfokuskan kepada bidang yang disenanginya. Karena mempelajari dan melakukan hal yang disenangi akan merasa enjoy serta dapat mencapai hasil yang maksimal.
Syaratnya jadi pembelajar secara sederhana ada beberapa:
1. Tidak cepat merasa puas akan hasil yang dicapai
2. Selalu ingin tahu
3. Mau mencari referansi yang akurat
4. Tidak malu untuk bertanya kepada ahlinya jika dia tidak tahu
5. Senang membaca
6. Positif Thingking
Mungkin masih banyak hal yang diperlukan untuk menjadi seorang pembelajar tetapi keenam hal diatas sedikitnya mewakili jika dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Sabtu, 19 April 2014

Belajar Politik

Hampir setiap jam di berbagai media menyiarkan tentang berita politik. Isu yag diangkat pun beragam, mulai dari koalisi, tim sukses, caleg stres, caleg sukses. semua dikemas dengan bahasa media yang menarik pemiarsa. Dunia politik memang khas, tiada kawan dan lawan di sana yang ada hanya kepentingan. dengan alasan visi dan misi sama ya sudah jalan bareng untuk bergabung. tapi itulah politik semua sah-sah saja, tidak bisa disalahkan, karena konsekkuensinya kita bernegara ya harus berpolitik. selama sistem kepartaiaan yang dipakai selama itu pula tawar menawar kekuasaan yang terjadi. Kadang kebanyakan orang apatis dan tidak mau terjun ke dunia politik, padahal setiap warga negara hakekatnya merupakan obyek dari politik. semua orang yang punya hak pilih harus mencoblos, walaupun angka golput tinggi, tetap saja pemerintahan berjalan karena sura rakyat yang memilih partai atau caleg. sedangkan di Pilpres suara rakyat diperebutkan dengan dalih koalisi, padahal untuk ukuran orang Indonesia saat ini, untuk presiden dilihat dari pribadinya, kadang tidak peduli apa partainya. karena memang politik di Indonesia baru tahap politik pencitraan tokoh. ya masyarakat hanya sebatas itu memilihnya. Setidaknya sebagai orang awam perlu mengerti politik sedikit, kita tidak asal milih, tidak terpengaruh pencitraan. banyak pasilitas belajar politik, kita bisa buka rekam jejak partai atau caleg-caleg yang ingin maju ke senayan atau DPRD propinsi maupun DPRD KOTA/KAB.

Selasa, 28 Januari 2014

Belajar Karakater

Berita yang hangat saat ini di berbagai media nasional adalah tentang Korupsi. Hampir tiap saat ditayangkan penagkapkan koruptor, persidangan, jadi saksi, keluarga yang menjenguk tersangka. Beritanya dikemas dengan sedemikian rupa. Jika merunut ke belakang korupsi disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya saja mental korup yang sudah tertanam dalam jiwa. Benarkah sedemikian parah mental orang Indonesia sampai siapa pun dapat terjerat oleh tipu daya korupsi, bahkan yang mengerti agama sekali pun. Akhirnya yang menjadi sorotan utama adalah karakter. karakter individu yang terbentuk oleh lingkungan dan pendidikan. Padahal pendidikan di semua jenjang mengajarkan nilai-nilai kebaikan, bahkan mencontek saja tidak boleh, apalagi sampai mencuri, menipu. Pendidikan karakter menjadi menu utama di sekolah, terus ada jaminan akan menumbuhkan karakter yang baik jika dilingkungan sosialnya belum tertata dengan baik.