Minggu, 24 Agustus 2008

HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN KELUARGA

HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN KELUARGA

DITINJAU SECARA SOSIOLOGIS

Oleh: wawan Romansah.S.Pd

A. Pendahuluan

Sosiologi berasal dari bahasa latin yang dari dua kata; Socius dan Logos. Secara harfiah atau etimologis kata socius berarti; teman, kawan, sahabat, sedangkan logos berarti ilmu pangetahuan. Jadi sosiologi berarti ilmu pengetahuan tentang bagaimana berteman, berkawan, bersahabat atau suatu ilmu yang membicarakan tentang bagaimana bergaul dengan masyarakat.

Secara operasional sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni antar hubungan di antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis (Mayor Polak).

Keluarga dan sekolah merupakan lembaga atau institusi sosial yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak didik. Karena di keluarga dan sekolah terjadi interaksi antar individu atau kelompok dengan berbagai kepentingan. Maka dari itu sangat menarik untuk di kaji hubungan keluarga dan sekolah di tinjau secara sosiologi.

B. Rumusan Masalah

Untuk memfokuskan masalah dalam makalah ini maka diambil sebagai rumusan masalah adalah ” Bagaimana hubungan keluarga dengan sekolah ?”

C. Tujuan

Sesuai dengan fokus masalah di atas,maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberi gambaran yang lebih jelas mengenai ” Hubungan keluarga dengan sekolah di tinjau secara sosiologis”.

D. Pembahasan

1. Konsep Keluarga

Keluarga adalah sekelompok orang yang dipersatukan oleh pertalian kekeluargaan, perkawinan atau adopsi yang disetujui secara sosial, yang umumnya secara bersama-sama menempati tempat tinggal dan saling berinteraksi sesuai dengan peranan-peranan sosial yang telah dirumusakan dengan baik.

Mengacu pada makna keluarga secara sosiokultural Indonesia pada khususnya, diketahui bahwa keluarga mempunyai fungsi-fungsi : (a) Sebagai persekutuan primer, yaitu hubungan antara anggota keluarga bersifat mendasar dan eklusif karena faktor ikatan biologis, ikatan hukum dan karena adanya kebersamaan dalam mempertahankan kehidupan; (b) sebagai pemberi afeksi(kasih sayang) atas dasar ikatan biologis atau ikatan hukum yang didorong oleh rasa kewajiban dan tanggung jawab; (c) sebagai lembaga pembentukan yang disebabkan faktor anutan keyakinan, agama, nilai budaya, nilai moral baik bersumber dari dalam keluarga maupun dari luar; (d) sebagai lembaga pemenuhan kebutuhan, baik yang bersifat material maupun spiritual; (e) sebagai lembaga partisipasi kelompok masyarakat, yaitu berinteraksi dalam berbagai aktivitas, baik dengan keluarga lain masyarakat banyak maupun dengan lingkungan alam sekitarnya.

Dalam keluarga terjadi interaksi antar anggota keluarga. Interaksi antara suami-isteri, ayah dengan anak, ibu dengan anak, bahkan antara keluarga dengan keluarga lain. Dalam interaksi itu akan terjadi proses belajar, pembinaan, pembimbingan, atau proses pendidikan.

Proses pendidikan anak dalam keluarga akan terjadi timbal balik, yaitu orang tua mendidik anaknya dan sebaliknya orang tua pun turut dikembangkan pribadinya dengan adanya anak. Begitu pula proses belajar berkeluarga antara suami dan isteri terjadi timbal balik. Pada kalangan manapun, lembaga keluarga banyak memberikan kontribusi pendidikan kepada anak-anak, terutama dalam pembentukan kepribadiannya. Lembaga keluarga menjadi agen sosialisasi dan agen pembentukan ketaqwaan kepadan Allah SWT. Keluarga sebagai awal mula terjadi pembelajaran tentang norma, kaidah, atau tata nilai dan keyakinan agama. Orang tua akan menjadi model atau panutan pertama yang akan di tiru oleh anaknya. Karena itu peranan keluarga menjadi dominan dalam proses pendidikan kepribadian dan watak bagi anak. Adapun kegiatan pendidikan dalam keluarga meliputi; keyakinan agama, nilai moral, dan nilai budaya.

Sedangakan menurut Oqbum fungsi keluarga itu adalah sebagai berikut :

  • Fungsi kasih sayang
  • Fungsi ekonomi
  • Fungsi pendidikan
  • Fungsi perlindungan/penjagaan
  • Fungsi rekreasi
  • Fungsi status keluarga
  • Fungsi agama

Keluarga itu terdiri dari pribadi-pribadi, tetapi merupakan bagian dari jaringan sosial yang lebih besar. Hanya melalui keluargalah masyarakat dapat memperoleh dukungan yang diperlukan dari pribadi-pribadi. Sebaliknya, keluarga hanya dapat terus bertahan jika di dukung oleh masyarakat yang lebih luas. Jika masyarakat itu sebagai suatu sistem kelompok sosial yang lebih besar mendukung keluarga, sebagai sub sistem sosial yang lebih kecil, atau sebagai syarat agar keluarga itu dapat bertahan maka kedua macam sistem itu harus saling berhubungan dalam banyak hal penting..

2. Konsep Sekolah

Sekolah merupakan suatu institusi sosial formal dan sengaja di bentuk yang mentransformasikan nilai-nilai dan norma yang berkembang dalam suatu masyarakat. Menurut Havighurst bahwa bentuk-bentuk sekolah dalam masyarakat itu pada umumnya ada 3 pendirian :

a) bentuk sekolah tradisional

Menurut pandangan ini maka sekolah itu harus lepas sama sekali dari masyarakat. Dengan demikian maka sekolah ini akan membatasi dan mengisolir diri dari masyarakat. Waktu-waktu dalam sekolah ini kebanyakan dibagi antara 3 r (reading, writing, arithmatic) atau 3m (membaca, menulis dan menghitung). Dan pelajaran-pelajaran itupun terpisah juga satu sama lain.

b) bentuk sekolah sebagai suatu modal dari masyarakat.

Maksudnya sekolah yang aktivitasnya terletak pada murid. Jadi murid beraktivitas terhadap sekolahnya. Di sini anak belajar supaya ia dapat hidup sebagai seorang manusia yang cakap dan baik dalam masyarakat.

c) bentuk sekolah masyarakat

Pada prinsipnya sekolah ini berhubungan sangat erat dengan masyarakat. Sekolah di sini sebagai pelaksanaan agar masyarakat menjadi baik, dan murid-murid dapat terlibat aktif dalam masyarakat, baik anak-anak maupun dewasa. Di sini masyarakat sebagai dasar dari pendidikan dan ada kecenderungan berpikir bahwa keseluruhan masyarakat adalah sebagai suatu educatif agent ( masyarakat sebagai pendidik).

3. Hubungan Keluarga dengan Sekolah

Keluarga sebagai satuan organisasi terkecil di masyarakat mendapat peranan sangat penting karena membentuk kepribadian dan watak anggota keluarganya. Sedangkan masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga. Dari satuan terkecil itu terbentuklah gagasan untuk terus mewariskan standar watak dan kepribadian yang baik yang diakui oleh semua golongan masayarakat, salah satu institusi yang mewarisakan kepribadian dan watak kepada masayarakat adalah sekolah. Sekolah tidak akan terus berdiri jika tidak di dukung oleh masyarakat, maka dari itu kedua sistem sosial ini saling mendukung dan melengkapi. Jika di sekolah dapat terbentuk perubahan sosial yang baik berdasarkan nilai atau kaidah yang berlaku, maka masyarakat pun akan menaglami perubahan sosial.

Sebagai salah satu wujud sekolah sebagai bagian dari masyarakat maka terbentuklah sekolah masyarakat (community school). Sekolah ini bersifat life centered. Yang menjadi pokok pelajaran adalah kebutuhan manusia, masalah-masalah dan proses-proses social dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan dalam masyarakat. Masyarakat dipandang sebagai laboratorium dimana anak belajar, menyelidiki dan turut serta dalam usaha-usaha masyarakat yang mengandung unsur pendidikan. Adapun kriteria sekolah masyarakat (community school) dapat diringkas sebagai berikut:

a. Sekolah sebagai guru kehidupan masyarakat terhadap anak-anak:

Ø Sekolah mempunyai suatu pemerintahan sekolah dimana anak-anak belajar untuk memerintahkan mereka sendiri, dia mempunyai program yang bermacam-macam, dia mengijinkan semua anak untuk mendapat sesuatu yang konstruktif yang dapat mereka kerjakan secara sukses.

Ø Menggunakan sumber masyarakat lokal.

Ø Sekolah bekerja untuk memperbaiki masyarakat local.

Ø Sekolah cenderung untuk mengorganisasi kurikulum pada kelas-kelas yang mula-mula di sekitar masalah local dan isu local.

b. Sekolah sebagai pusat kehidupan kehidupan masyarakat dan tindakan untuk penduduk dari semua umur dan kelas:

Ø Membantu fasilitas-fasilitas fisik untuk belajar dan berekreasi.

Ø Sekolah mempunyai program pendidikan orang dewasa.

Ø Membawa para guru ke dalam kehidupan masyarakat sebagai rekan untuk menyelesaikan setiap masalah.

Sedangkan ciri-ciri sekolah masyarakat menurut Olsen ialah sebagai berikut:

a. Sekolah itu memperbaiki kehidupan setempat. Dengan adanya sekolah, maka orang dalam masyarakat menjadi manusia yang lebih baik, jasmani, emosional, sosial dan materiil.

b. Sekolah itu menggunakan masyarakat sebagai laboratorium untuk belajar. Disini sekolah tidak hanya terbatas antara empat dinding kelas, tetapi harus membuka pintu untuk mengadakan hubungan timbal balik dengan masyarakat.

c. Gedung sekolah menjadi pusat kegiatan masyarakat.

d. Sekolah membuat kurikulum berdasarkan proses-proses dan problema-problema dalam kehidupan masyarakat.

e. Sekolah mengikutsertakan orang tua dalam urusan-urusan sekolah.

f. Sekolah ikut serta mengkoordinasikan masyarakat. Untuk memperbaiki taraf kehidupan masyarakat, semua lembaga dalam masyarakat harus bekerja sama.

g. Sekolah dapat melaksanakan dan menyebarkan filsafat negara dalam segala hubungan antar manusia.

E. Kesimpulan

Sebagai salah satu lembaga yang ada di masayarakat keluarga tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat itu sendiri. Karena struktur masyarakat terbentuk dari kumpulan-kumpulan keluarga yang menjadi satu kesatuan. Sedangkan sekolah juga merupakan lembaga yang ada di masayarakat yang mempunyai fungsi sebagai transformasi budaya dan moral dalam kehidupan. Jika transaformasi budaya dan moral yang dilakukan sekolah berhasil, para siswa dapat membawanya ke lingkungan keluarga. Dengan demikian pada keluarga akan terjadi perubahan sosial ke arah yang positif demi melanggengkan tata kehidupan masyarakat. Dengan hubungan timbal balik yang baik dari keluarga dan sekolah maka akan membentuk suatu masyarakat yang kuat secara budaya, ekonomi, sosial dan agama.

F. DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, (2004) Sosiologi Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta.

Goode, William, J. (2007) Sosiologi Keluarga. Bumi Aksara

Tidak ada komentar: