Jumat, 29 Januari 2010

Demo 100 kinerja SBY

Kamis, 28 Januari 2010, banyak demo dimana-mana mengungkapkan raport merah pemerintahan SBY. Hampir di semua kota mahasiswa dan elemen masyarakat turun ke jalan. banyak isu yang diangkat, dari kasus century sampai impeachment utuk presiden. sebagian besar kecewa atas kinerja 100 hari pemerintahan SBY jilid 2.
Sepertinya di negeri ini demo adalah jalan yang paling gampang dilakukan untuk menghujat, kecewa, mendukung bahkan menghina. Tidak ada yang salah dari demo tapi caranya bisa dilakukan dengan bijak dan kepala dingin, bukan berujung anarkis. sehingga yang nampak hanya unjuk kekuatan massa melawan aparat.
Di tengah tekanan ekonomi para rakyat kecil hampir acuh tak acuh dengan peristiwa yang terjadi, mereka terlalu sibuk untuk memikirkan bagimana mencukupo kebutuhan dasarnya saja. Demo di televisi hanya sekedar tontonan di sisa kelelahan senabis bekerja banting tulang seharian, sikap apatis menyelimuti hampir sebagian masyarakat ini.
Para menteri berbicara di media bahwa program 100 hari berjalan dengan baik dan berhasil, bahkan presiden pun 100 kinerjanya sudah berhasil. Semua salin claim berhasil dan gagal, kalau sudah begini jutaan masyarakat hanya bisa menonton drama para penguasa dan pendemo tanpa tahu akhir ceritnya sampai dimana?
Pro dan kontra memang alami terjadi dan itu harus ada supaya menjadikan kita bangsa yang besar, tetapi semuanya dilakukan dengan kepala dingin. kalau semua presiden di hujat lalu Siapa presidennya?

Jumat, 08 Januari 2010

Anggaran Belanja Pendidikan No 1

Dalam DIPA 2010 anggaran belanja pendidikan berada pada posisi nomor satu yaitu kisaran 16,22%, walaupun belum sepenuhnya menjalankan amanat Undang-Undang sebanyak 20%. Tetapi minimal ada political will dari pemerintah untuk memprioritaskan bidang pendidikan, yang akan menjadi aset yang sangat berharga demi kelangsungan negeri ini.
Setelah anggaran belanja negara untuk pendidikan disahkan, tantangannya adalah bisa tidak mengefektifkan anggaran tersebut sehingga tepat sasaran, sebab anggaran sebanyak 16,22% itu tidak saja identik dengan kesejahteraan guru tetapi termasuk renovasi sekolah, pengadaan alat bantu belajar, meubeler dan lain-lain.
Departemen Pendidikan Nasional disoroti karena disinyalir banyak dana-dana yang cair tidak diperuntukan sebagaimana mestinya. Dana yang besar jika tidak dikelola secara profesional akan terjadi kebocoran di sana sini. maka dari itu diperlukan pengawasan dari semua pihak demi terselenggaranya pemakaian anggaran pendidikan yang pas bagi peruntukannya.
Program 100 hari Mendiknas salah satunya tidak ada lagi sekolah yang runtuh mengisyaratkan biaya yang banyak untuk renovasi sekolah, padahal celah itu banya digunakan untuk penyelewengan dana. Hampir menjadi rahasia umum dana yang datang ke sekolah untuk pembangunan biasanya tidak utuh banyak pungli di sana-sini. Hal ini sulit untuk dibuktikan karena ada beberapa alasan, pertama, transaksi tidak memakai bukti pembayaran atau kwitansi, kedua, LPJ dibuat sesuai dana yang diterima dengan banyak kolusi. Ketiga, Kepala sekolah takut untuk melapor karena hanya permintaan lisan dan kurang bukti selanjutnya jika banyak komentar tidak dapat dana untuk anggaran berikutnya.
Masalah diatas harus segera diselesaikan jika tidak Depdikna bisa terjebak pada proyek-proyek pembangunan yang kurang baik, padahal esensi membangun fasilitas sekolah adalah untuk meningkatkan kualitas lulusan supaya bisa bersaing di tingkat regional maupun internasional.
Kita berharap anggaran belanja untuk bidang pendidikan yang besar dapat memajukan pendidikan secara signifikan, dan peran serta segenap elemen masyarakat dibutuhkan untuk mengawal ini supaya tidak ada celah untuk melakukan penyimpangan. Semoga.......

Wawan Romansah

Selasa, 05 Januari 2010

Jika Para Pendidik Sudah Senang Berdemo

Di Tegal pada hari senin (4/1/10) sekitar 4.000 guru berunjuk rasa di depan Gedung DPRD Kab.Tegal menuntut kenaikan tunjangan kesejahteraan serta menolak diskriminasi guru WB (Kompas,5/1/10). Sangat ironis memang para pejuang pendidikan sampai harus berunjuk rasa bersama siswanya dengan isu yang sebenarnya klasik yaitu "kesejahteraan". Ada berbagai macam alasan mengapa berdemo dilakukan untuk menuntut sesuatu hal, mungkin ada saluran komunikasi mengalami hambatan, jalur mediasi tidak menghasilkan kesepakatan,atau bahkan hanya untuk unjuk kekuatan massa.

Masalah kesejahteraan guru honorer di sekolah swasta ini telah menjadi isu nasional setelah kebijakan Sertifikasi hanya diperuntukan bagi guru PNS, sedangkan pada sekolah swasta hanya untuk Guru Tetap saja yang berhak mengikuti sertifikasi. Secara yuridis formal memang belum ada payung hukum yang menaungi guru honorer atau guru swasta, semua kebijakan diserahkan kepada pengelola sekolah (yayasan) atau kepala sekolah, maka tidak heran status kepegawainya pun sangat rentan untuk diberhentikan secara mendadak. Maka dari itu sebetulnya pemerintah juga kadang tidak punya data yang valid jumlah guru swasta sebenarnya karena banyak guru yang keluar masuk mengajar pada suatu sekolah.

Pemerintah dalam hal ini Diknas mungkin telah berusaha menertibkan data guru dan tenaga kependidikan dengan menerbitkan NUPTK (Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan)tetapi bagi guru honorer yang mengajar di dua tempat atau lebih NUPTK nya biasanya ditolak. Pada sisi lain sekolah swasta pun cenderung merekrut guru menurut standarnya sendiri bahkan fenomena yang muncul siapa saja bisa menjadi guru, bahkan yang berlatar belakang keilmuan non kependidikan. Menjadi guru bukan hanya mengandalkan bisa, pintar tetapi harus memiliki sense atau taste untuk menjadi pendidik.Banyak lulusan non kependidikan karena susah mendapat pekerjaan akhirnya menjadi guru. Profesi guru seolah-olah gampang dilakukan oleh siapa saja, maka jangan heran kalau output nya pun belum begitu menggembirakan.

Maka dari itu jika sertifikasi guru untuk meningkatkan kualitas guru karena berasal dari berbagai macam keilmuan untuk distandarisaikan itu merupakan awal yang bagus, tetapi fenomena yang muncul banyak guru-guru ingin mengikuti sertifikasi hanya mengejar materi semata(uang). Kita sepakat bahwa profesional itu memamng harus dibayar mahal tetapi tanggungjawab moralnya kadang lemah. Banyak penelitian yang mengungkapkan setelah di sertifikasi ternyata kinerja guru tidak meningkat secara signifikan.

Bagi guru honorer yang berpenghasilan rendah memang menghadapi dilema yang besar, di satu sisi ingin mengabdikan dirinya untuk pendidikan, di sisi lain dirinya pun butuh materi untuk melanjutkan kehidupan. Tetapi hukum alam mengatakan bersusah payahlah sebab kenikmatan hidup direngkuh dalam kerja keras. menjadi guru pada jaman sekarang menuntut kreatifitas, inovavasi yang tinggi untuk menggembangkan potensi diri yang akan berdampak anak didiknya. Selamat berjuang Sahabat-sahabat Guru Indonesia Gusti Allah ora sare.


Wawan Romansah
Pemerhati Pendidikan

Senin, 04 Januari 2010

Dicari Pluralis-Prularis Baru

Pernyataan Presiden SBY pada pemakaman GuS Dur dengan menyebutkan bahwa Gus Dur Bapak Pluralisme menunjukan bahwa sepak terjangnya selama ini telah diakui oleh semua pihak. Selepas meninggalnya Gus Dur bangsa Indonesia memerlukan tokoh-tokoh seperti dia walaupun tidak identik tetapi minimal mendekati. Dia bisa dengan entengnya dan yakin membela kaum minoritas yang ditindas walaupun melawan "arus", tetapi dia punya kelebihan salah satunya yaitu kharisma terhadap basis massanya. Sehingga dukungan kepada Gus Dur sudah jelas yang paling pertama adalah kaum nahdhiyin.

Memang dalam pembelaan kaum minoritas sudah banyak LSM-LSM yang mendampingi dan memperjuangkan mereka, tetapi suara lantang yang disuarakan LSM-LSM kadang tidak di dengar atau mungkin diabaikan oleh penguasa, padaha media massa telah menyiarkannya. berbagai macam cara dilakukan biasanya berdemontrasi, advokasi di pengadilan dll. Tetapi selama ini LSM-LSM belum mempunyai tokoh besar seperti Gus Dur dan tidak mempunyai basis massa yang banyak atau solid, mereka hanya mengandalkan jaringan-jaringan diantara para penggiat LSM.

Pekerjaan rumah terbesar kita adalah mengaplikasikan gagasan-gagasan pemikiran Gus Dur tentang keberagaman dan kedamaian, kita sepakat bahwa damai itu akan membawa dampak besar bagi segala aspek kehidupan. Memang akan ada kalangan yang menolak dengan pemikiran dan gagasan Gus Dur, tetapi bukan kah semua orang merindukan hidup rukun, tenang dan damai. Semoga muncul pluralis-pluralis baru di Indonesia.

Wawan Romansah

Minggu, 03 Januari 2010

Kelalaian orangtua atau Rusun yang Tidak Ramah Anak

Berita di televisi tentang jatuhnya bocah umur 4 tahun sampai meninggal dari lantai 4 rumah susun di Jakarta mengusik nurani kita, karena bukan hanya kali ini saja kejadian serupa pernah terjadi. Berbagai reaksi bermunculan mengenai kasus ini, yang pada akhirnya mengarah siapa yang salah, siapa yang benar atau siapa yang bertanggung jawab, orangtua kah? lingkungan? atau bahkan pengembang. Seperti telah banyak diketahui di Indonesia ini jarang melakukan tindakan preventif terhadap suatu kemungkinan atau kejadian yang akan membawa dampak buruk, tindakan dilakukan setelah ada kejadian atau ada kerusakan.

Pengawasan anak balita memang seharusnya berada pada orangtuanya, tetapi pada jaman sekarang tugas orang tua untuk mengawasi anak secara full time sulit dilakukan, dengan tekanan ekonomi yang sangat dahsyat dipaksa kedua orang tua untuk bekerja demi berjalannya roda ekonomi rumah tangga. sehingga bagi yang mempunyai kelebihan uang pengawasan anak biasanya diserahkan pembantu, atau bahkan penitipan anak, untuk sebagian orang menitipkan anak biasanya ke sanak famili kakek, nenek dan famili lainnya. Praktis bisa bercengkrama dengan anak pas hari libur, itupun tidak semua karena libur biasanya dihabiskan untuk beristirahat setelah seminggu penuh bekerja. Hak anak untuk mendapat pengawasan di bawah orang tuanya di kota besar banyak terampas. Hal ini ditanggapi oleh lembaga-lembaga pendidikan sebagai peluang usaha, dengan menjamurnya sekolah full day, playgroup full day. selain untuk mengembangkan dunia pendidikan mereka membidik segmen pasar bagi orangtua yang sibuk. Di perkotaan yang masyarakatnya sudah mengarah pada individualis kadang tidak mau atau mungkin tidak sempat untuk mengawasi lingkungan sekitar seperti anak-anak main dengan aman, mereka bermain memakai apa dsb.

Pada sisi yang lain pengembang perumahan yang bertingkat atau rumah susun dan apartemen sebetulnya telah antisipasi dengan membuat pagar, tetapi ternyata pagar saja tidak cukup, masih ada kejadian yang dapat menimbulkan korban jiwa. salah satu alternatif pencegahan setiap apartemen atau rusun memakai teralis dari besi di setiap sisi yang terbuka. ada banyak manfaat dengan adanya teralis misalnya dari segi keindahan rusun, karena biasanya penghuni rusun menjemur pakian pada jendela atau sisi yang terbuka itu menyebabkan pemandangan yang tidal nyaman.

Selanjutnya orang tua harus membimbing sedini mungkin anak-anaknya tentang bahaya atau tidaknya sesuatu, memang anak balita sangat sulit di beri pengertian tentang bahaya tetapi dengan telaten kita terus-menerus mendampingi anak semua bisa dilakukan. wallahu alam bishowab

Wawan Romansah
Alumni Pascasarjana UMS

Tahun Baru

Pergantian tahun dari masa ke masa selalu dimeriahkan dengan berbagai kegiatan terutama kegiatan perayaan secara hura-hura, meniup terompet, menyalalakan kembang api.Bagi sebagian orang mungkin itulah makna tahun baru,menutup tahun dengan perayaan. Pada hakekatnya tahun baru atau tidak waktu terus berjalan tergantung kita mengisi waktu bisa bermanfaat atau tidak. tetapi ada sebagaian orang yang merefleksikan tahun baru untuk evaluasi guna meneruskan kehidupan yang lebih baik ke depan.
Pemaknaan tahun baru sangat beragam dan sah-sah saja orang menginterpretasikan tahun baru menurut pandangannya. hanya kita harus sepakat bahwa pergantian tahun merupakan hal alamiah dan akan terus berlangsung selama bumi masih ada, selanjutnya tahun baru bisa dijadikan momentum untuk melakukan hal-hal terbaik dalam hidup, dan melakukan perubahan yang mengarah pada peningkatan mutu kehidupan secara individual atau universal.
Kesenangan orang untuk merayakan tahun baru di respon oleh pasar secara positif sebagai sarana untuk mengeruk keuntungan di awal tahun, perayaan tahun baru sangat banyak mengeluarkan biaya,orang-orang sangat konsumtif dalam merogoh koceknya demi keperluan tahun baru. Perputaran uang pada malam itu sangat banyak contoh kecil saja, harga terompet rata-rata Rp 5,000,- jika pada malam itu di beli oleh 5 juta orang di seluruh Indonesia maka pada hari itu uang bergilir sebanya 25 milyar, belum perayaan di tempat wisata, restoran dan lain-lain. Memang secara ekonomis sangat menguntungkan.
Di lihat dari segi pendidika moral sangat sedikit manfaatnya karena perayaan tahun baru biasanya diiringi pesta-pesta yang tak mendidik, konvoi sepada motor dengan tidak tertib lalu lintas dan banyak lagi. pada satu sisi sangat menguntungkan dari segi ekonomi dan sisi lain secara pendidikan moral sangat tidak menguntungkan dan akan terjebak pada budaya konsumerisme. Itulah fenomena yang muncul jika kita terlalu mengagungkan materi di atas segalanya. semoga kita dapat menjaga moral kita dengan baik.

Wawan Romansah
Almuni Pascasarjana UMS

Jumat, 01 Januari 2010

Selamt Jalan Guru Bangsa (Gus Dur)

Di penghujung tahun 2009 kita dikagetkan dengan telah berpulangnya gusdur atau KH Abdurrahman Wahid kepangkuan Illahi. Gus Dur memang penuh sensasi dan kontroversi tapi itulah Gus Dur, dan itu diperlukan serta harus ada di negara tercinta ini. orang semacam Gus Dur sulit untuk di cari dia bisa mengarahkan opini publik bukan ikut arus opini publik, untuk counter balance pemerintah memang sangat dibutuhkan kehadirannya.
Tapi kini telah tiada, namun perjuangan harus diteruskan selamat datang Gus Dur - Gus Dur baru banyak sekali permasalahan-permasalahan bangsa yang harus diselesaikan dengan cerdas.Patah tumbuh hilang berganti (meminjam semboyan TNI) tokoh-tokoh nasional dan guru bangsa memang akan muncul seiring dengan waktu, yang jadi permasalahan situasi apa yang memunculkan tokoh itu. karena dengan tempaan situasi dan kondisi yang kondusif dan demokrtis yang akan melahirkan tokoh-tokoh yang berkualitas.
Terlepas dari berbagai kontroversi kita harus mengakui bahwa Gus Dur merupakan tokoh demokrasi dan pluralitas di Indonesia. walau banyak yang menghujat termasuk dari kalangan islam sendiri tetapi Kiyai yang satu ini tetap konsisten, humor-humor cerdas selalu dimunculkan dalam setiap situasi. Sebagai pembela kaum minoritas dia tak takut untuk menyuarakan tentang sesuatu walaupun bertentangan dengan arus publik.
Selamat Jalan Gus.....