Selasa, 05 Januari 2010

Jika Para Pendidik Sudah Senang Berdemo

Di Tegal pada hari senin (4/1/10) sekitar 4.000 guru berunjuk rasa di depan Gedung DPRD Kab.Tegal menuntut kenaikan tunjangan kesejahteraan serta menolak diskriminasi guru WB (Kompas,5/1/10). Sangat ironis memang para pejuang pendidikan sampai harus berunjuk rasa bersama siswanya dengan isu yang sebenarnya klasik yaitu "kesejahteraan". Ada berbagai macam alasan mengapa berdemo dilakukan untuk menuntut sesuatu hal, mungkin ada saluran komunikasi mengalami hambatan, jalur mediasi tidak menghasilkan kesepakatan,atau bahkan hanya untuk unjuk kekuatan massa.

Masalah kesejahteraan guru honorer di sekolah swasta ini telah menjadi isu nasional setelah kebijakan Sertifikasi hanya diperuntukan bagi guru PNS, sedangkan pada sekolah swasta hanya untuk Guru Tetap saja yang berhak mengikuti sertifikasi. Secara yuridis formal memang belum ada payung hukum yang menaungi guru honorer atau guru swasta, semua kebijakan diserahkan kepada pengelola sekolah (yayasan) atau kepala sekolah, maka tidak heran status kepegawainya pun sangat rentan untuk diberhentikan secara mendadak. Maka dari itu sebetulnya pemerintah juga kadang tidak punya data yang valid jumlah guru swasta sebenarnya karena banyak guru yang keluar masuk mengajar pada suatu sekolah.

Pemerintah dalam hal ini Diknas mungkin telah berusaha menertibkan data guru dan tenaga kependidikan dengan menerbitkan NUPTK (Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan)tetapi bagi guru honorer yang mengajar di dua tempat atau lebih NUPTK nya biasanya ditolak. Pada sisi lain sekolah swasta pun cenderung merekrut guru menurut standarnya sendiri bahkan fenomena yang muncul siapa saja bisa menjadi guru, bahkan yang berlatar belakang keilmuan non kependidikan. Menjadi guru bukan hanya mengandalkan bisa, pintar tetapi harus memiliki sense atau taste untuk menjadi pendidik.Banyak lulusan non kependidikan karena susah mendapat pekerjaan akhirnya menjadi guru. Profesi guru seolah-olah gampang dilakukan oleh siapa saja, maka jangan heran kalau output nya pun belum begitu menggembirakan.

Maka dari itu jika sertifikasi guru untuk meningkatkan kualitas guru karena berasal dari berbagai macam keilmuan untuk distandarisaikan itu merupakan awal yang bagus, tetapi fenomena yang muncul banyak guru-guru ingin mengikuti sertifikasi hanya mengejar materi semata(uang). Kita sepakat bahwa profesional itu memamng harus dibayar mahal tetapi tanggungjawab moralnya kadang lemah. Banyak penelitian yang mengungkapkan setelah di sertifikasi ternyata kinerja guru tidak meningkat secara signifikan.

Bagi guru honorer yang berpenghasilan rendah memang menghadapi dilema yang besar, di satu sisi ingin mengabdikan dirinya untuk pendidikan, di sisi lain dirinya pun butuh materi untuk melanjutkan kehidupan. Tetapi hukum alam mengatakan bersusah payahlah sebab kenikmatan hidup direngkuh dalam kerja keras. menjadi guru pada jaman sekarang menuntut kreatifitas, inovavasi yang tinggi untuk menggembangkan potensi diri yang akan berdampak anak didiknya. Selamat berjuang Sahabat-sahabat Guru Indonesia Gusti Allah ora sare.


Wawan Romansah
Pemerhati Pendidikan

Tidak ada komentar: